Sabtu, 13 Oktober 2012

Fisika + Kimia = Kenyataan Gaib


Untuk membayangkan bahwa materi memiliki wujud di luar otak adalah tipuan belaka. Penampakan yang kita saksikan sangat mungkin berasal dari sumber tiruan.
Hal ini dapat dipahami dengan contoh berikut. Pertama-tama, marilah kita anggap kita dapat mengeluarkan otak dari tubuh kita dan menjaganya agar tetap hidup dalam sebuah toples kaca. Lalu kita ambil komputer dengan beragam informasi yang dapat direkam di dalamnya. Terakhir, marilah kita masukkan sinyal-sinyal listrik dari semua data yang dapat memunculkan situasi seperti gambar, suara dan rasa ke dalam komputer ini.
Marilah kita hubungkan komputer ini dengan pusat penginderaan dalam otak kita menggunakan kabel elektroda, dan mengirim data yang telah terekam ke otak kita. Di saat otak kita merasakan sinyal-sinyal ini, ia akan melihat dan hidup dalam situasi yang dimunculkan sinyal-sinyal ini.
Dari komputer ini, kita juga dapat mengirim ke otak kita sinyal-sinyal tentang gambaran diri kita. Misalnya, kita dapat mengirim ke otak kita sinyal-sinyal yang berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran dan peraba yang kita rasakan ketika kita duduk di kursi. Dalam keadaan ini, otak kita akan menganggap dirinya sebagai seorang pebisnis yang sedang duduk di kantornya.
Dunia bayangan ini akan berlangsung selama rangsangan terus-menerus datang dari komputer tersebut. Kita tak pernah menyadari bahwa kita hanya terdiri dari otak.
Sungguh sangat mudah kita terkecoh dan mempercayai penampakan, yang tanpa disertai wujud materi, sebagai hal yang nyata. Inilah yang sebenarnya terjadi dalam mimpi kita.
Bagi anda, sesuatu yang nyata adalah segala yang dapat disentuh dengan tangan dan dilihat dengan mata. Dalam mimpi, anda dapat pula menyentuh dengan tangan anda dan melihat dengan mata anda, namun pada kenyataannya anda tidak memiliki tangan atau mata, tidak ada pula sesuatupun yang dapat disentuh atau dilihat. Sehingga, ketika mempercayai apa yang anda rasakan dalam mimpi sebagai keberadaan secara materi, anda telah tertipu.
Sebagai contoh, seseorang yang tidur pulas di pembaringannya dapat melihat dirinya berada dalam dunia yang sama sekali berbeda dalam mimpinya. Ia mungkin bermimpi bahwa ia seorang pilot dan menjadi komandan pesawat raksasa, dan ia bekerja sangat serius mengomandani pesawat tersebut. Padahal orang ini tidak beranjak selangkah pun dari tempat tidurnya.
Dalam mimpinya, ia mungkin berada pada sejumlah keadaan yang berbeda dan bertemu kawan, berbicara dengan mereka, makan dan minum bersama. Kendatipun sekedar penampakan yang tidak memiliki wujud materi, pengalaman dalam mimpi ini terasa sama sekali nyata. Hanya ketika bangun dari mimpinya ia kemudian menyadari bahwa semua ini hanyalah penampakan.
Jika kita dapat dengan mudah hidup dalam dunia semu mimpi kita, maka hal yang sama dapat berlaku pada dunia yang kini kita huni.
Ketika kita terbangun dari mimpi, tidak ada alasan logis untuk tidak berpikir bahwa kita telah memasuki mimpi yang lebih panjang yang kita sebut kehidupan nyata. Alasan kita menganggap mimpi kita sebagai khayalan, sedangkan dunia sebagai alam nyata, hanyalah akibat kebiasaan dan prasangka kita.
Ini menunjukkan bahwa mungkin saja terbangun dari kehidupan di bumi yang kita anggap sedang kita jalani saat ini, persis sebagaimana ketika kita terbangun dari mimpi.
Setelah semua kenyataan materi ini terungkap, kini muncul pertanyaan yang paling penting. Jika peristiwa di alam materi yang kita ketahui pada hakikatnya adalah sekedar penampakan, bagaimana dengan otak kita? Oleh karena otak kita adalah materi sebagaimana lengan kita, kaki, atau benda lain, ia mestinya juga sekedar penampakan sebagaimana semua benda lainnya.
Contoh lain akan lebih menjelaskan hal ini. Marilah kita anggap bahwa kita memanjangkan syaraf-syaraf yang menuju ke otak kita dan meletakkan otak tersebut di luar kepala kita sehingga kita dapat melihatnya dengan mata kita. Pada keadaan ini, kita akan dapat melihat otak kita dan menyentuhnya dengan jari-jari kita. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa otak kita juga tidak lebih dari sebuah penampakan yang dibentuk oleh indera penglihatan dan peraba.
Lalu, kehendak apakah yang melihat, mendengar dan merasakan semua indera yang lain jika bukan otak? Siapakah dia yang melihat, mendengar, meraba dan merasakan rasa dan bau? Siapakah wujud ini, yang berpikir, beralasan, memiliki perasaan dan bahkan berkata ”Saya adalah saya”?
Salah seorang pemikir terkemuka abad ini Karl Pribram juga memiliki pertanyaan yang sama:
Sejak jaman Yunani, para filsuf telah memikirkan tentang ‘hantu di dalam mesin’, ‘manusia kecil dalam manusia kecil’ dan lain sebagainya. Dimanakah ‘saya’, seseorang yang menggunakan otaknya? Siapakah dia yang melakukan perbuatan mengetahui? Sebagaimana perkataan Saint Francis dari Assisi: ‘Apa yang kita cari adalah sesuatu yang melihat (Ken Wilber, Holographic Paradigm, hal. 37)
Ternyata, wujud gaib yang menggunakan otak, yang melihat dan merasakan ini adalah ruh. Apa yang kita sebut dengan alam materi adalah sekumpulan penampakan yang dilihat dan dirasakan oleh ruh ini. Sebagaimana tubuh yang kita punyai dan alam materi yang kita lihat dalam mimpi tidak memiliki wujud fisik, alam semesta yang kita tempati dan tubuh yang kita miliki saat ini juga tidak memiliki wujud fisik.
Begitulah, kendatipun kita memulai dengan anggapan bahwa materi adalah nyata, hukum-hukum fisika, kimia dan biologi, semuanya menghantarkan kita pada kenyataan bahwa materi terbentuk dari khayalan; dan pada kenyataan pasti tentang adanya wujud gaib.
Jadi, siapakah yang menjadikan ruh kita melihat tanah, manusia, tumbuhan, tubuh kita dan segala hal lain yang kita lihat? Sangat jelas bahwa ada Pencipta Maha Agung.
Wujud absolut sesungguhnya Allah. Segala sesuatu selain-Nya hanyalah bayangan yang Dia ciptakan. Kenyataan ini dijelaskan oleh ulama besar Islam Imam Rabbani sebagaimana berikut:
Allah ‘Materi pembentuk wujud-wujud yang Dia ciptakan ini hanyalah ketiadaan’. Dia menciptakan segalanya di dunia indra dan khayalan. Keberadaan alam semesta adalah di dunia indra dan khayalan, dan ia bukanlah materi. Pada kenyataannya, tiada sesuatu pun di alam luar kecuali Wujud Yang Maha Suci, (Dialah Allah) (Imam Rabbani Hz. Mektuplari (Letters of Rabbani), Vol.II, 357. Letter, p.163)
Di semua empat penjuru jagat raya yang terbentuk oleh beragam penampakan adalah Wujud Allah sebagai wujud nyata satu-satunya. Karenanya, wujud paling dekat kepada manusia adalah Allah. Fakta ini dijelaskan dalam Alqur’an dengan ayat, Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya (Surah Qaf: 16)
Dimanapun kita berada, Allah bersama kita. Ketika anda membaca tulisan ini, wujud terdekat dengan anda adalah Allah yang menciptakan segala sesuatu yang anda lihat setiap saat.
Selama Allah menjadikan kita melihat gambar dan merasakan apa yang ada di dunia ini, kita akan terus hidup di dunia ini. Ketika ia menghentikan gambar dan cita rasa tentang dunia ini, lalu menampakkan malaikat maut kepada kita dan memberikan penampakan tentang dimensi yang berbeda, ini berarti kita telah meninggal dunia. Hari Kebangkitan, Penghisaban, Surga, Neraka dan semua kehidupan abadi akan diciptakan dengan cara yang sama untuk kita.

Harun Yahya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar